contoh proposal skripsi



PENGARUH MOTIVASI TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA PEGAWAI PADA KANTOR CAMAT KECAMATAN MANONJAYA KABUPATEN TASIKMALAYA

 PROPOSAL PENELITIAN
Untuk Persyaratan Penelitian dan Penulisan Skripsi Dalam Rangka Penyelesaian Studi Program S1 Ilmu Pemerintahan














Diajukan Oleh
ALWI SUPENA


PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
SEKOLAH TINGGI ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
KAMPUS TASIKMALAYA
                 2014




BAB I

PENDAHULUAN
1.1         Latar belakang penelitian
Pegawai Negeri Sipil adalah salah satu elemen yang memegang tanggung jawab dalam suatu organisasi, baik itu dalam perencana, pelaksana dan penggerak serta sekaligus bertindak sebagai pengawas dalam pembangunan bangsa ini. Mereka tersebar diberbagai departemen, lembaga tinggi, dan instansi pemerintahan dari pusat sampai ke pelosok tanah air dan menjadi tulang pembangunan nasional.
Sehubungan dengan peran, fungsi, dan kedudukan Pegawai Negeri Sipil (PNS), sangat menentukan sukses atau tidaknya program pembangunan. Oleh karena itu, kepadanya perlu diberikan motivasi demi mencapai produkitivitas kerja yang tinggi demi suksesnya program pembangunan nasional. Di samping itu, para pengelola pembangunan tidak hanya memerlukan pengetahuan dan keahlian di bidang ekonomi, politik, sosial dan teknologi, namun juga ditunjang administrasi yang baik dalam perencanaan maupun dalam pelaksanaannya. Rencana kebijaksanaan yang bagaimanapun idealnya, juga tidak disertai dengan kemampuan dan keterampilan aparat, maka akan cenderung mengalami kegagalan. Dengan dimikian, dapat dikatakan sukses atau tidaknya kegiatan pemerintahan dan pembangunan, sangat ditentukan oleh kemampuan dan produktivitas kerja pegawai.
Sejalan dengan restrukturisasi yang dilakukan, dibutuhkan peningkatan produktivitas kerja pegawai agar dapat melaksanakan tugas yang ada dengan sebaik mungkin. Oleh karena itu, perlu diperhatikan sikap dasar pegawai terhadap diri sendiri, kompetensi, pekerjaan saat ini serta gambaran mereka mengenai peluang yang dapat diraih dalam struktur organisasi yang baru. Namun, tidak dapat dipungkiri juga bahwa perubahan struktur organisasi yang baru dapat mengakibatkan ketegangan dan kecemasan karena menghadapi sesuatu yang berbeda dari sebelumnya.
            Pada dasarnya setiap instansi pemerintah, bukan saja mengharapkan pegawai yang mampu, cakap, dan terampil tetapi yang terpenting mereka mau bekerja giat dan berkeinginan mencapai hasil kerja yang optimal. Untuk itu, pimpinan hendaknya berusaha agar pegawai mempunyai motivasi tinggi untuk melaksanakan tugas atau pekerjaannya. Disinilah pentingnya peranan motivasi untuk mendorong semangat kerja pegawai dalam menyelesaikan pekerjaannya.
            Motivasi pada suatu organisasi bertujuan untuk mendorong semangat kerja para pegawai agar mau bekerja keras dengan memberikan semua kemampuan dan ketrampilan demi terwujudnya tujuan suatu organisasi. Pimpinan yang mengarahkan pegawainya dengan memberikan motivasi akan menciptakan kondisi dimana pegawai merasa mendapat inspirasi untuk bekerja keras. Pegawai yang mempunyai motivasi tinggi merupakan salah satu syarat jika hasil-hasil kerja yang tinggi ingin dicapai secara konsisten.
            Pimpinan akan melakukan pendekatan kepemimpinan yang mencerminkan suatu kesadaran bahwa produktivitas melalui pegawai merupakan bagian utama dan tidak dapat digantikan untuk mencapai tujuan organisasi. Pemberian motivasi  kepada para pegawai akan saling berbeda sesuai dengan tingkat pendidikan dan jabatannya. Memotivasi bawahan dilakukan dengan memberikan tanggung jawab dan kesempatan yang luas bagi pegawai untuk mengambil keputusan dalam menyelesaikan pekerjaannya. Motivasi menjadi sangat penting karena dengan motivasi diharapkan setiap pegawai mau bekerja keras dan antusias untuk mencapai produktivitas kerja yang maksimal. Motivasi akan memberikan inspirasi, dorongan, dan semangat kerja bagi pegawai sehingga terjalin hubungan kerja yang baik antara pegawai dan pimpinan sehingga tujuan organisasi dapat tercapai secara maksimal.
            Motivasi kerja pegawai juga berkenaan dengan tuntutan masyarakat sebagai pengguna jasa layanan yang selalu menginginkan untuk memperoleh pelayanan prima. Disinilah pentingnya pegawai yang profesional mampu memberikan pelayanan prima baik secara kualitas maupun kuantitas. Masalahnya adalah pegawai kita sendiri yang menjadi hambatan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Hambatan yang kemudian melahirkan citra birokrasi yang rendah tersebut antara lain terdapat pada rendahnya produktivitas kerja, buruknya pelayanan publik yang diberikan, rendahnya responsivitas dan responsibiltas, serta akuntabilitas birokrasi yang rendah.
            Produktivitas kerja merupakan pemanfaatan atau penggunaan sumber daya pegawai secara efektif dan efisien, ketepatan atau keserasian penggunaan metode atau cara kerja dibandingkan dengan alat atau waktu yang tersedia dalam rangka mencapai tujuan. Seorang yang memiliki produktivitas kerja yang tinggi akan memperlihatkan sikap yang positif terhadap pekerjaanya, sedangkan yang tidak puas akan memperlihatkan sikap yang negatif terhadap pekerjaanya itu sendiri.
Produktivitas yang tinggi merupakan cerminan pegawai yang merasa puas akan pekerjaanya dan akan memenuhi semua kewajibanya sebagai pegawai atau mempunyai disiplin yang baik. Salah satu faktor pendukung terciptanya produktivitas kerja pegawai yang tinggi adalah pemberian motivasi kepada pagawai.
Berkaitan dengan hal di atas, salah satu variabel yang berpengaruh terhadap produktivitas kerja pegawai adalah pemberian motivasi. Meningkatkan pemberian motivasi pada pegawai pada akhirnya akan membetuk Pegawai Negeri Sipil yang produktif, kerja sama dan saling pengertian yang terjalin dengan baik oleh para pegawai akan memperlancar proses setiap kegiatan atau pekerjaan sehingga peran Pegawai Negeri Sipil sebagai pelayan masyarakat akan terlaksana dengan baik.
            Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan formulasi judul: Pengaruh Motivasi Terhadap Produktivitas Kerja Pegawai Pada Kantor Camat Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya”

1.2           Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi rumusan masalah pokok dalam penelitian ini adalah: Seberapa besarkah pengaruh motivasi bterhadap produktivitas kerja pegawai pada Kantor Camat Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya.

Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar

Matemtika adalah salah satu bagian dari isi pendidikan yang harus disampaikan di Sekolah Dasar, karena matematika merupakan ilmu yang universal dan mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peranan penting dalam berbagai disiplin ilmu, juga memajukan daya pikir manusia. Kurikulum 2006 (BSNP) menjelaskan bahwa :

“Matematika adalah mata pelajaran yang perlu diberikan kepada semua siswa mulai dari Sekolah Dasar untuk membekali para siswa dengan kemampuan berpikir logis, analitis, kritis, kreatif serta kemampuan kerja sama, agar dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah dan tidak pasti dan kompetitif”.

Tujuan pembelajaran matematika seperti yang diuraikan dalam Kurikulum 2006 (BSNP) adalah agar peserta didik memiliki kemampuan memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

Tujuan pembelajaran matematika di atas menggambarkan bahwa matematika adalah suatu ilmu yang berkembang baik secara materi maupun kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu penguasaan materi matematika harus ditanamkan sejak dini. Sehingga siswa mempunyai dasar ilmu untuk dikembangkan dalam menghadapi perkembangan zaman dan teknologi saat ini dan masa yang akan datang.

Mata pelajaran matematika menurut Kurikulum 2006 (BSNP, 98) meliputi aspek-aspek sebagai berikut : bilangan, geometri, pengukuran dan pengolahan data.

Materi di kelas 1 hanya meliputi bilangan saja. Matematika bukanlah mata pelajaran yang dianggap sulit oleh siswa, terbukti dengan fakta bahwa sebelum bisa membaca dan menulis, anak pra sekolah sudah dapat berhitung lebih dulu dengan menghafalkan urutan bilangan. Tetapi pada tahap selanjutnya matematika selalu dianggap mata pelajaran yang sangat sulit. Kesulitan yang dialami siswa ini akan mengurangi minat dan motivasi siswa untuk belajar.

Pengertian Profesionalisme | Konsep profsionalisme

Dalam Kamus Besar Indonesia, profesionalisme mempunyai makna; mutu, kualitas, dan tindak tanduk yang merupakan ciri suatu profesi atau yang profesional. Profesionalisme merupakan sikap dari seorang profesional. Artinya sebuah term yang menjelaskan bahwa setiap pekerjaan hendaklah dikerjakan oleh seseorang yang mempunyai keahlian dalam bidangnya atau profesinya. Menurut Supriadi, penggunaan istilah profesionalisme menunjuk pada derajat penampilan seseorang sebagai profesional atau penampilan suatu pekerjaan sebagai suatu profesi, ada yang profesionalismenya tinggi, sedang dan rendah. Profesionalisme juga mengacu kepada sikap dan komitmen anggota profesi untuk bekerja berdasarkan standar yang tinggi dan kode etik profesinya.
Konsep profsionalisme, seperti dalam penelitian yang dikembangkan oleh Hall, kata tersebut banyak digunakan peneliti untuk melihat bagaimana para profesional memandang profesinya, yang tercermin dari sikap dan perilaku mereka. Konsep profesionalisme dalam penelitian Sumardi dijelaskan bahwa ia memiliki lima muatan atau prinsip, yaitu: Pertama, afiliasi komunitas (community affilition) yaitu menggunakan ikatan profesi sebagai acuan, termasuk di dalamnya organisasi formal atau kelompok-kelompok kolega informal sumber ide utama pekerjaan. Melalui ikatan profesi ini para profesional membangun kesadaran profesi.
Kedua, kebutuhan untuk mandiri (autonomy demand) merupakan suatu pendangan bahwa seseorang yang profesional harus mampu membuat keputusan sendiri tanpa tekanan dari pihak lain (pemerintah, klien, mereka yang bukan anggota profesi). Setiap adanya campur tangan (intervensi) yang datang dari luar, dianggap sebagai hambatan terhadap kemandirian secara profesional. Banyak yang menginginkan pekerjaan yang memberikan hak-hak istimewa untuk membuat keputusan dan bekerja tanpa diawasi secara ketat. Rasa kemandirian dapat berasal dari kebebasan melakukan apa yang terbaik menurut yang bersangkutan dalam situasi khusus. Ketiga, keyakinan terhadap peraturan sendiri/profesi (belief self regulation) dimaksud bahwa yang paling berwenang dalam menilai pekerjaan profesional adalah rekan sesama profesi, bukan “orang luar” yang tidak mempunyai kompetensi dalam bidang ilmu dan pekerjaan mereka.
Keempat, dedikasi pada profesi (dedication) dicerminkan dari dedikasi profesional dengan menggunakan pengetahuan dan kecakapan yang dimiliki. Keteguhan tetap untuk melaksanakan pekerjaan meskipun imbalan ekstrinsik dipandang berkurang. Sikap ini merupakan ekspresi dari pencurahan diri yang total terhadap pekerjaan. Pekerjaan didefinisikan sebagai tujuan. Totalitas ini sudah menjadi komitmen pribadi, sehingga kompensasi utama yang diharapkan dari pekerjaan adalah kepuasan ruhani dan setelah itu baru materi, dan yang kelima, kewajiban sosial (social obligation) merupakan pandangan tentang pentingnya profesi serta manfaat yang diperoleh baik oleh masyarakat maupun profesional karena adanya pekerjaan tersebut.
Kelima pengertian di atas merupakan kreteria yang digunakan untuk mengukur derajat sikap profesional seseorang. Berdasarkan defenisi tersebut maka profesionalisme adalah konsepsi yang mengacu pada sikap seseorang atau bahkan bisa kelompok, yang berhasil memenuhi unsur-unsur tersebut secara sempurna.
PROFESIONAL :
– Orang yang tahu akan keahlian dan keterampilannya.
– Meluangkan seluruh waktunya untuk pekerjaan atau kegiatannya itu.
– Hidup dari situ.
– Bangga akan pekerjaannya.
CIRI-CIRI PROFESI
Secara umum ada beberapa ciri atau sifat yang selalu melekat pada profesi, yaitu :
  1. Adanya pengetahuan khusus, yang biasanya keahlian dan keterampilan ini dimiliki berkat pendidikan, pelatihan dan pengalaman yang bertahun-tahun.
  2. Adanya kaidah dan standar moral yang sangat tinggi. Hal ini biasanya setiap pelaku profesi mendasarkan kegiatannya pada kode etik profesi.
  3. Mengabdi pada kepentingan masyarakat, artinya setiap pelaksana profesi harus meletakkan kepentingan pribadi di bawah kepentingan masyarakat.
  4. Ada izin khusus untuk menjalankan suatu profesi. Setiap profesi akan selalu berkaitan dengan kepentingan masyarakat, dimana nilai-nilai kemanusiaan berupa keselamatan, keamanan, kelangsungan hidup dan sebagainya, maka untuk menjalankan suatu profesi harus terlebih dahulu ada izin khusus.
  5. Kaum profesional biasanya menjadi anggota dari suatu profesi. Dengan melihat ciri-ciri umum profesi di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa kaum profesional adalah orang-orang yang memiliki tolak ukur perilaku yang berada di atas ratarata. Di satu pihak ada tuntutan dan tantangan yang sangat berat, tetapi di lain pihak ada suatu kejelasan mengenai pola perilaku yang baik dalam rangka kepentingan masyarakat. Seandainya semua bidang kehidupan dan bidang kegiatan menerapkan suatu estándar profesional yang tinggi, bisa diharapkan akan tercipta suatu kualitas masyarakat yang semakin baik.

PUSTAKA
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), Edisi III, hal. 897.
Sjafri Sairin, Membangun Profesionalisme Muhammadiyah, (Yogyakarta: Lembaga Pengembangan Tenaga Profesi [LPTP], 2003), hal 37.
Sumardi, Pengaruh Pengalaman Terhadap Profesionalisme Serta Pengaruh Profesionalisme Terhadap Kinerja dan Kepuasan Kerja, Tesis, Undip, 2001.

Konsep Dasar Profesionalisme

Konsep dasar profesionalisme adalah kunci dalam suatu profesi, karena hal inilah yang mendasari seseorang untuk bisa menjadi profesional dalam menjalankan profesi yang dimiliki.
Guru adalah salah satu dari profesi, dewasa ini memiliki profesi haruslah mampu menjadi profesional. Karena tuntutan perkembangan dan hal ini sejalan dengan dinamisasi sistem pendidikan. Menjadi seorang guru harus profesional karena nantinya guru’lah yang akan melahirkan generasi profesionalisme melalui profesinya itu
Pengertian Profesi
Profesi adalah pekerjaan, namun tidak semua pekerjaan adalah profesi. Profesi mempunyai karakteristik sendiri yang membedakannya dari pekerjaan lainnya. Daftar karakterstik ini tidak memuat semua karakteristik yang pernah diterapkan pada profesi, juga tidak semua ciri ini berlaku dalam setiap profesi:
  1. Keterampilan yang berdasar pada pengetahuan teoretis: Profesional diasumsikan mempunyai pengetahuan teoretis yang ekstensif dan memiliki keterampilan yang berdasar pada pengetahuan tersebut dan bisa diterapkan dalam praktek.
  2. Asosiasi profesional: Profesi biasanya memiliki badan yang diorganisasi oleh para anggotanya, yang dimaksudkan untuk meningkatkan status para anggotanya. Organisasi profesi tersebut biasanya memiliki persyaratan khusus untuk menjadi anggotanya.
  3. Pendidikan yang ekstensif: Profesi yang prestisius biasanya memerlukan pendidikan yang lama dalam jenjang pendidikan tinggi.
  4. Ujian kompetensi: Sebelum memasuki organisasi profesional, biasanya ada persyaratan untuk lulus dari suatu tes yang menguji terutama pengetahuan teoretis.
  5. Pelatihan institutional: Selain ujian, juga biasanya dipersyaratkan untuk mengikuti pelatihan istitusional dimana calon profesional mendapatkan pengalaman praktis sebelum menjadi anggota penuh organisasi. Peningkatan keterampilan melalui pengembangan profesional juga dipersyaratkan.
  6. Lisensi: Profesi menetapkan syarat pendaftaran dan proses sertifikasi sehingga hanya mereka yang memiliki lisensi bisa dianggap bisa dipercaya.
  7. Otonomi kerja: Profesional cenderung mengendalikan kerja dan pengetahuan teoretis mereka agar terhindar adanya intervensi dari luar.
  8. Kode etik: Organisasi profesi biasanya memiliki kode etik bagi para anggotanya dan prosedur pendisiplinan bagi mereka yang melanggar aturan.
  9. Mengatur diri: Organisasi profesi harus bisa mengatur organisasinya sendiri tanpa campur tangan pemerintah. Profesional diatur oleh mereka yang lebih senior, praktisi yang dihormati, atau mereka yang berkualifikasi paling tinggi.
  10. Layanan publik dan altruisme: Diperolehnya penghasilan dari kerja profesinya dapat dipertahankan selama berkaitan dengan kebutuhan publik, seperti layanan dokter berkontribusi terhadap kesehatan masyarakat.
  11. Status dan imbalan yang tinggi: Profesi yang paling sukses akan meraih status yang tinggi, prestise, dan imbalan yang layak bagi para anggotanya. Hal tersebut bisa dianggap sebagai pengakuan terhadap layanan yang mereka berikan bagi masyarakat.
Istilah profesi telah dimengerti oleh banyak orang bahwa suatu hal yang berkaitan dengan bidang yang sangat dipengaruhi oleh pendidikan dan keahlian, sehingga banyak orang yang bekerja tetap sesuai. Tetapi dengan keahlian saja yang diperoleh dari pendidikan kejuruan, juga belum cukup disebut profesi. Tetapi perlu penguasaan teori sistematis yang mendasari praktek pelaksanaan, dan hubungan antara teori dan penerapan dalam praktek. Kita tidak hanya mengenal istilah profesi untuk bidang-bidang pekerjaan seperti kedokteran, guru, militer, pengacara, dan semacamnya, tetapi meluas sampai mencakup pula bidang seperti manajer, wartawan, pelukis, penyanyi, artis, sekretaris dan sebagainya. Sejalan dengan itu, menurut DE GEORGE, timbul kebingungan mengenai pengertian profesi itu sendiri, sehubungan dengan istilah profesi dan profesional. Kebingungan ini timbul karena banyak orang yang profesional tidak atau belum tentu termasuk dalam pengertian profesi. Berikut pengertian profesi dan profesional menurut DE GEORGE : PROFESI, adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian. PROFESIONAL, adalah orang yang mempunyai profesi atau pekerjaan purna waktu dan hidup dari pekerjaan itu dengan mengandalkan suatu keahlian yang tinggi. Atau seorang profesional adalah seseorang yang hidup dengan mempraktekkan suatu keahlian tertentu atau dengan terlibat dalam suatu kegiatan tertentu yang menurut keahlian, sementara orang lain melakukan hal yang sama sebagai sekedar hobi, untuk senang-senang, atau untuk mengisi waktu luang.
Yang harus kita ingat dan fahami betul bahwa “PEKERJAAN / PROFESI” dan “PROFESIONAL” terdapat beberapa perbedaan : PROFESI :
– Mengandalkan suatu keterampilan atau keahlian khusus.
– Dilaksanakan sebagai suatu pekerjaan atau kegiatan utama (purna waktu).
– Dilaksanakan sebagai sumber utama nafkah hidup.
– Dilaksanakan dengan keterlibatan pribadi yang mendalam.
PUSTAKA
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), Edisi III, hal. 897.
Sjafri Sairin, Membangun Profesionalisme Muhammadiyah, (Yogyakarta: Lembaga Pengembangan Tenaga Profesi [LPTP], 2003), hal 37.
Sumardi, Pengaruh Pengalaman Terhadap Profesionalisme Serta Pengaruh Profesionalisme Terhadap Kinerja dan Kepuasan Kerja, Tesis, Undip, 2001.

Kriteria Pekerjaan Menjadi Sebuah Profesi

Dalam rangka memahami lebih lanjut tentang profesi perlu diketahui adanya sepuluh macam kriteria yang diungkapkan oleh Horton Bakkington dan Robers Patterson dalam studi tentang jabatan profesi mengungkap sepuluh kriteria:
  1. Profesi harus memenuhi kebutuhan masyarakat dan menggunakan prinsip keilmuan yang dapat diterima masyarakat.
  2. Profesi harus menuntut suatu latihan profesional yang memadai dan membudaya.
  3. Profesi menuntut suatu lembaga yang sistematis dan terspesialisasi.
  4. Profesi harus memberikan keterangan tentang ketrampilan yang dibutuhkan di mana masyarakat umum tidak memilikinya.
  5. Profesi harus sudah mengembangkan hasil dari pengalaman yang sudah teruji.
  6. Profesi harus merupakan tipe pekerjaan yang bermanfaat.
  7. Profesi harus sudah memerlukan pelatihan kebijaksanaan dan penampilan tugas.
  8. Profesi harus mempunyai kesadaran ikatan kelompok sebagai kekuatan yang mampu mendorong dan membina anggotanya.
  9. Profesi harus dijadikan batu loncatan mencari pekerjaan lain.
  10. Profesi harus mengakui kewajibannya dalam masyarakat dengan meminta anggotanya memenuhi kode etik yang diterima dan dibangunnya.
Dari kriteria-kriteria yang ditetapkan tersebut dapat disimpulkan bahwa suatu pekerjan dapat dikatakan pekerjaan profesi apabila memenuhi ciri-ciri:
  1. Memenuhi spesialisasi dengan latar belakang teori yang luas (pengetahuan dan keahlian).
  2. Merupakan karir yang dibina secara organisatoris (keterkaitan dalam organisasi profesi, memiliki kode etik dan pengabdian masyrakat).
  3. Diakui masyarakat sebagai suatu pekerjaan yang mempunyai status profesional (memperoleh dukungan masyarakat, perlindungan hukum dan mempunyai persyaratan kerja dan jaminan hidup yang layak).
Sesuai dengan pengertian profesi dan ciri-ciri yang diungkapkan di atas, maka pekerjaan guru adalah tugas keprofesian, mengingat hal-hal sebagai berikut:
  1. Diperlukan persyaratan akademis dan adanya kode etik.
  2. Semakin dituntut adanya kualifikasi agar tahu tentang permasalahan perkembangan anak (Shaleh, 2005:278-280).
Abudin Nata menambahkan tiga kriteria suatu pekerjaan profesional:
a. Mengandung unsur pengabdian
Setiap profesi dikembangkan untuk memberikan pelayanan tertentu kepada masyarakat. Setiap orang yang mengaku menjadi pengembang dari suatu profesi tertentu harus benar-benar yakin bahwa dirinya memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat tersebut.
b. Mengandung unsur idealisme
Setiap profesi bukanlah sekedar mata pencari atau bidang pekerjaan yang mendatangkan materi saja melainkan dalam profesi itu tercakup pengertian pengabdian pada sesuatu yang luhur dan idealis, seperti mengabdi untuk tegaknya keadilan, kebenaran meringankan beban penderitaan sesama manusia.
c. Mengandung unsur pengembangan
Setiap bidang profesi mempunyai kewajiban untuk menyempurnakan prosedur kerja yang mendasari pengabdiannya secara terus-menerus. Secara teknis profesi tidak boleh berhenti atau mandek. Kalau kemandekan teknik ini terjadi profesi itu dianggap sedang mengalami proses kelayuan atau sudah mati. Dengan demikian, profesipun manjadi punah dari kehidupan masyarakat (Nata, 2001:139).

Menurut Mukhtar Lutfi ada delapan kriteria yang harus dipenuhi oleh suatu pekerjaan agar dapat disebut sebagai profesi yaitu:
1. Panggilan hidup yang sepenuh waktu.
2. Pengetahuan dan kecakapan atau keahlian .
3. Kebakuan yang universal.
4. Pengabdian
5. Kecakapan diagnostik dan kompetensi aplikatif
6. Otonomi
7. Kode etik
8. Klien.
Wolmer dan Mills dalam Sardiman mengatakan pekerjaan itu dikatakan sebagai profesi apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Memiliki spesialisasi dengan latar belakang yang luas.
2. Merupakan karir yang dibina secara organisatoris.
3. Diakui masyarakat sebagai pekerjaan yang mempunyai status profesional. ( Sardiman, 2007:164). Rahman Nata wijaya mengemukakan beberapa kriteria sebagai ciri suatu profesi:
1. Ada standar kerja yang baku dan jelas.
2. Ada lembaga pendidikan khusus yang menghasilkan pelakunya dengan program pendidikan yang baik.
3. Ada organisasi yang memadai pelakunya untuk mempertahankan dan memperjuangkan eksistensi dan kesejahteraannya.
4. Ada etika dan kode etik yang mengatur prilaku para pelakunya dalam memperlakukan kliennya.
5. Ada sistem imbalan terhadap jasa layanannya yang adil dan baku .
6. Ada pengakuan masyarakat (profesional penguasa dan awam) terhadap pekerjaan itu sebagai suatu profesi.

PUSTAKA
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), Edisi III, hal. 897.
Sjafri Sairin, Membangun Profesionalisme Muhammadiyah, (Yogyakarta: Lembaga Pengembangan Tenaga Profesi [LPTP], 2003), hal 37.
Sumardi, Pengaruh Pengalaman Terhadap Profesionalisme Serta Pengaruh Profesionalisme Terhadap Kinerja dan Kepuasan Kerja, Tesis, Undip, 2001.

Model Investigasi Kelompok

Investigasi secara bahasa adalah penyelidikan dengan mencatat atau merekam fakta, melakukan peninjauan, percobaan, dan sebagainya, dengan tujuan memperoleh jawaban atas pertanyaan (tentang peristiwa, sifat atau khasiat suatu zat, dan sebagainya (KBBI online, 2008).
Menurut Mulyana (2008:140), model investigasi kelompok, siswa terlibat dalam perencanaan baik topik yang dipelajari maupun bagaimana jalannya penyelidikan mereka. Dalam penerapan investigasi kelompok ini guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 5 atau 6 siswa yang heterogen. Dalam beberapa kasus, kelompok dapat dibentuk dengan mempertimbangkan keakraban persahabatan atau minat yang sama dalam topik tertentu. Selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki, melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik yang dipilih itu. Selanjutnya menyiapkan dan mempresentasikan laporannya kepada seluruh kelas.

Model investigasi kelompok melibatkan siswa dari perencanaan,mulai dari menentukan sub topic maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Model ini menuntuk siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun keterampilan dalam proses kelompok. Pada model investigasi kelompok ini siswa dikelompokkan dalam beberapa kelompok yang terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa secara acak. Setelah itu setiapkelompok memilih topic yang akan dipelajari,lalu melakukan investigasi pada sub topic mulai dari menelaah materi,mengerjakan,lalu melaporkan hasil yang telah diperoleh setelah berdiskusi secara berkelompok.

Menurut Winaputra (2001:75) dalam model investigasi kelompok terdapat tiga konseputama yaitu : penelitian atau inquiri,pengetahuan atau knowledge, dan dinamika kelompok atau the dynamic of the learnig grup. Penelitian disini adalah proses dinamika siswa memberikan respon terhadap masalah dan bagaimana memecahkan masalah tersebut. Pengetahuan adalah pengalaman belajar siswa baik secara langsung maupun tidak langsung. Sedangkan dinamika kelompok menunjukan suasana yang mengambarkan sekelompok saling berinteraksi yang melibatkan berbagai ide dan pendapat serta saling saling bertukar pengalaman melalui proses saling berargumentasi.

Menurut Daniel (2008:1), Investigasi kelompok termasuk empat komponen penting, yaitu: investigasi, interaksi, interpretasi dan motivasi intrinsik. Investigasi mengacu pada kenyataan bahwa kelompok fokus pada proses bertanya tentang topik yang dipilih. Interaksi merupakan ciri dari semua metode pembelajaran kooperatif, yang diperlukan bagi siswa untuk mengeksplorasi ide-ide dan saling membantu belajar Interpretasi terjadi ketika kelompok mensintesis dan menguraikan temuan dari setiap anggota dalam rangka meningkatkan pemahaman dan kejelasan ide. Akhirnya, motivasi intrinsik dibangkitkan pada siswa dengan memberikan mereka otonomi dalam proses investigasi.

Tahap-Tahap Pembelajaran Investigasi Kelompok

Menurut Slavin (2008:218) dalam investigasi kelompok para siswa bekerja melalui enam tahap. guru tentunya perlu mengadaptasi pedoman-pedoman ke enam tahap investigasi kelompok sesuai dengan latar belakang umur, dan kemampuan para siswa. Enam tahap dalam pelaksanaan investigasi kelompok yaitu :

Tahap 1 : mengidentifikasi topik dan mengatur murid ke dalam kelompok
1.Para siswa meneliti beberapa sumber, mengusulkan sejumlah topic dan mengkatagorikan saran-saran.
2.Komposisi kelompok didasarkan pada ketertarikan siswa dan harus bersifat hetrogen.
3.Guru membantu dalam pengumpulan informasi dan memfasilitasi pengaturan.

Tahap 2 : merencanakan tugas yang akan dipelajari. Para siswa merencanakan bersama mengenai :
1.Apa yang akan kita pelajari?
2.Bagaimana kita mempelajarinya?
3.Siapa melakukan apa ?(pembagian tugas)
4.Untuk tujuan atau kepentingan apa kita menginvestigasi topik ini?

Tahap 3 : Melaksanakan investigasi
1.Para siswa mengumpulkan informasi,menganalisis data, dan membuat kesimpulan.
2.Tiap anggota kelompok berkontribusi untuk usaha-usaha yang dilakukan kelompoknya.
3.Para siswa saling bertukar pendapat, berdiskusi,dan mengklarifikasi semua gagasan.

Tahap 4 : menyiapkan laporan akhir
1.Anggota kelompok menentukan pesan-pesan esensial dari proyek mereka.
2.Anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan kepada semua siswa.
3.Wakil-wakil kelompok membentuk sebuah panitia acara untuk mengkoordinasi rencana-rencana presentasi.

Tahap 5 : mempresentasikan laporan akhir
1.Presentasi yang dibuat untuk seluruh kelas dalam berbagai macam bentuk.
2.Bagian presentasi tersebut harus dapat melibatkan pendengarnya secara aktif.
3.Para pendengar tersebut mengevaluasi kejelasan dan penampilan presentasi berdasarkan kriteria yang telah ditentukans ebelumnya oleh anggota kelas.
 
Tahap 6 : evaluasi
1.Para siswa saling memberikan umpan balik mengenai topic tersebut.
2.Guru dan siswa berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran siswa.
3.Penilaian hasil belajar siswa.

Menurut Nurdin (2009) keberhasilan dari penerapan pembelajaran dengan model Group Investigation (Investigasi Kelompok ) dipengaruhi oleh factor-faktor yang kompleks, diantaranya :
1. Pembelajaran berpusat pada siswa
2. Pembelajaran yang dilakukan membuat suasana saling bekerja sama dan berinteraksi antar siswa dalamkelompok tanpa memandang latar belakang.
3. Siswa dilatih untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi.
4. Adanya motivasi yang mendorong siswa agar aktif dalam proses belajar mulai dari tahap pertama sampai tahapakhir pembelajaran.

Sintak metode investigasi kelompok menurut Slavin (2008:218) yaitu:
1. Mengidentifikasikan topic dan mengatur murid ke dalam kelompok. Siswa memilih sun topic tertentu dalam bidang permasalahan umum yang biasanya ditentukan guru. Selanjutnya siswa diorganisasikan ke dalamkelompok kecil yang berjumlah 4 sampai 5orang siswa.
2. Merencanakan tugas yang akan dipelajari
Siswa dan guru merencanakan prosedur pembelajaran, tugas,dan tujuan pembelajaran yang sesuai dengan sub topic yang telah dipilih.
3. Melaksanakan investigasi
Siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data,dan membuat simpulan terkait dengan permasalahan-permasalahan yang diselidiki, serta siswa saling bertukar pikiran.
4. Menyiapkan laporan akhir.
Anggota kelompok menentukan pesan-pesan esensial dariproyek mereka. Anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan, dan bagaimana mereka akan membuat presentasi. Wakil-wakil kelompok membentuk sebuah panitia untuk mengkoordinasi rencana-rencana presentasi.
5. Mempresentasikan laporan akhir.
Penyajian kelompok pada keseliruhan kelas dalam berbagai variasi bentuk penyajian, kelompok lain terlibat aktif sebagai pendengar, dan pendengar memberikan tanggapan.
6. Evaluasi
7. Guru dan siswa mengkolaborasi dan mengevaluasi tentang pembelajaran yang telah dilakukan.

Kelebihan dan kelemahan model pembelajaran investigasi kelompok

Menurut Santoso (2011), dalam pemanfaatan model pembelajaran investigasi kelompok terdapat beberapa kelebihan dan kelemahan sebagai berikut :

Kelebihan
  1. Dapat melatih siswa untuk menumbuhkan kemampuan berpikir mandiri, kritis,kreatif,reflektif,dan produktif.
  2. Dapat melatih siswa untuk mengembangkan sikap saling memahami dan menghormati.
  3. Dapat melatih siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi.
  4. Dapat menumbuhkan sikap saling bekerja sama antar siswa.
Kekurangan
  1. Merupakan modelpaling kompleks dan paling sulit dilakukan dalam proses belajar mengjar.
  2. Dalam pelaksanaannya membutuhkan waktu yang relative lama.
  3. Sulit diterapkan apabila siswa tidak memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik.

Hubungan model pembelajaran investigasi kelompok terhadap konsep pemahaman siswa

Strategi pembelajaran haruslah dapat memancing siswa untuk dapat berpikir lebih tinggi dan kreatif untuk meningkatkan tingkat pemahaman, memecahan masalah itu sendiri maupun kaitannya dengan ilmu pengehtahuan lain dan menumbuhkan rasa percaya diridan ketertarikan siswa sehingga tumbuh sikap keingintahuan yang positif.

Dari hal itu pergeseran paradigm pendidikan memecahan suatu model pembelajaran yaitu investigasi kelompok. Kegiatan belajar akan bermakna jika siswa lebih aktif dan materi yang diperoleh dalam proses pembelajaran dikembangan berbeda sehingga lebih mudah dipahami seperti apa yang diuraikan dalam teori yang mendukung pembelajaran model investigasi kelompok.

Melalui model ini siswa tidak hanya hanya sebagai pendengar saja tetapi siswa mampu memberikan jawaban akhir untuk menyelesaikan soal dengan cara yang berbeda untu menemukan konsep dengan caranya sendiri, sehingga pembelajaran lebih bermakna. Melalui model ini siswa tidak hanya sebagai penonton dan guru bukan hanya memberikan jawaban ahir untu menyelesaikan soal kepada siswa, tetapi guru berperan sebagai pengatur agar siswa mampu berpikir sendiri dan memecahkan masalah yang dihadapinya dan menemukan sendiri konsep matematikadan apliasinya kemudian guru memberian arahan agar tida terjadi salah pemahaman konsep sehingga guru sebagai fasilitator. Dengan demiian pembelajaran dengan menggunakan model investigasi kelompok pada mata pelajaran matematika dianggap mampu meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa.

Implementasi Pembelajaran Matematika Dengan Model Investigasi Kelompok

Siti Maesaroh (Narudin, dalam Irma, 2009) mengemukakan hal penting untuk melakukan metode Investigasi Kelompok adalah:

1. Membutuhkan Kemampuan Kelompok
Di dalam mengerjakan setiap tugas, setiap anggota kelompok harus mendapat kesempatan memberikan kontribusi. Dalam penyelidikan, para siswa mencari informasi dari berbagai sumber baik di dalam maupun diluar kelas. Sumber-sumber seperti (bermacam buku, institusi, orang) menawarkan sederetan gagasan, opini, data, solusi, ataupun posisi yang berkaitan dengan masalah yang sedang dipelajari. Kemudian siswa mengumpulkan informasi yang diberikan dari setiap anggota untuk mengerjakan lembar kerja.

2. Rencana Kooperatif
Siswa bersama-sama menyelidiki masalh mereka, sumber mana yang mereka butuhkan, siapa yang melakukan apa dan bagaimana mereka akan mempresentasikan proyek mereka dalam kelas.

3. Rencana Kooperatif
Guru menyediakan sumber dan fasilitator. Guru memutar diantara kelompok-kelompok memperhatikan siswa mengatur pekerjaan dan membantu jika siswa menemukan kesulitan dalam interaksi kelompok.

Adapun implementasinya sebagai berikut:
PERENCANAAN
Kaufman (Harjanto 2006:2, dalam Erliani, 2010) mengatakan: perencanaan adalah suatu proyeksi tentang apa yang diperlukan dalam rangka mencapai tujuan abash yang bernilai, di dalamnya mencakup elemen-elemen:
1. Mengidentifikasikan dan mendokumentasikan kebutuhan.
2. Menentukan kebutuhan-kebutuhan yang perlu diprioritaskan.
3. Spesifikasi rinci hasil yang dicapai dari tiap kebutuhan yang diprioritaskan.
4. Identifikasi persyaratan untuk mencapai tiap-tiap pilihan.
5. Sekuensi hasil yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan yang dirasakan.
6. Identifikasi strategi alternatif yang mungkin dan alat atau tools untuk melengkapi tiap persyaratan dalam mencapai tiap kebutuhan, termasuk di dalamnya merinci keuntungan dan kerugian tiap strategi dan alat yang dipakai.

Dalam merencanakan kegiatan pembelajaran Matematika dengan model pembelajaran investigasi kelompok, guru harus membuat RPP dengan model investigasi kelompok. Guru dapat mencari sumber-sumber tentang model pembelajaran investigasi kelompok. Untuk merencanakan atau menyusun RPP menggunakan model investigasi kelompok perlu memperhatikan tahap-tahap investigasi kelompok.

PELAKSANAAN/PROSES PEMBELAJARAN
Dalam investigasi kelompok, para siswa bekerja melalui enam tahap, yaitu:
1. Mengidentifikasikan topik dan mengatur siswa ke dalam kelompok
· Siswa mengamati sumber, memilih topik, dan menentukan kategori-kategori topik permasalahan.
· Siswa bergabung pada kelompok-kelompok belajar berdasarkan topik yang mereka pilih atau menarik untuk diselidiki.
· Guru membatasi jumlah anggota masing-masing kelompok antara 5 sampai 6 orang berdasarkan keterampilan dan keheterogenan.

2. Merencanakan tugas yang akan dipelajari
Siswa bersama-sama merencanakan tentang:
· Apa yang mereka pelajari?
· Bagaimana mereka belajar?
· Siapa dan melakukan apa?
· Untuk tujuan apa mereka menyelidiki topik tersebut?

3. Melaksanakan investigasi
· Siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data dan membuat kesimpulan terkait dengan permasalahan-permasalahan yang diselidiki.
· Masing-masing anggota kelompok memberikan masukan pada setiap kegiatan kelompok.
· Siswa saling bertukar, berdiskusi, mengklarifikasi dan mempersatukan ide dan pendapat.

4. Menyiapkan laporan akhir
· Anggota kelompok menentukan pesan-pesan penting dalam proyeknya masing-masing.
· Anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan dan bagaimana mempresentasikannya.
· Wakil dari masing-masing kelompok membentuk panitia diskusi kelas dalam presentasi investigasi.

5. Mempresentasikan laporan akhir
· Penyajian kelompok pada keseluruhan kelas dalam berbagai variasi bentuk penyajian.
· Kelompok yang tidak sebagai penyaji terlibat secara aktif sebagai pendengar.
· Pendengar mengevaluasi, mengklarifikasi dan mengajukan pertanyaan atau tanggapan terhadap topik yang disajikan.

6. Evaluasi
· Siswa menggabungkan masukan-masukan tentang topiknya, pekerjaan yang telah mereka lakukan, dan tentang pengalaman-pengalaman efektifnya.
· Guru dan siswa mengkolaborasi, mengevaluasi tentang pembelajaran yang telah dilaksanakan.
· Penilaian hasil belajar haruslah mengevaluasi tingkat pemahaman siswa.

contoh tugas metode penelitian



Tugas Metode Penelitian

Unsur Kebudayaan Suku Dayak di Indonesia

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah salah satu negara kepulauan yang memiliki banyak wilayah yang terbentang di sekitarnya. Ini menyebabkan keanekaragaman suku, adat istiadat dan kebudayaan dari setiap suku di setiap wilayahnya. Hal ini sungguh menakjubkan karena biarpun Indonesia memiliki banyak wilayah yang berbeda suku bangsanya, tetapi kita semua dapat hidup rukun satu sama lainnya.

Namun, sungguh sangat disayangkan apabila para generasi penerus bangsa tidak mengetahui tentang kebudayaan dari setiap suku yang ada. Kebanyakan dari mereka hanya mengetahui dan cukup mengerti tentang kebudayaan dari salah satu suku yang ada di Indonesia, rata-rata pada suku darimana mereka berasal. Selain itu juga karena pembahasan yang sering dibahas selalu mengambil contoh dari suku yang itu-itu saja.

Dayak adalah salah satu suku di Indonesia yang terletak di kepulauan Kalimantan, tepatnya di Kalimantan Tengah. Banyak yang tidak mengetahui bahwa Dayak juga mempunyai banyak hal-hal menarik yang dapat dijadikan ”berita utama”, tetapi sangat disayangkan bahwa banyak yang mengira bahwa suku Dayak adalah suku pedalaman yang kurang penting untuk diketahui secara luas. Untuk itu, saya disini ingin menyajikan liputan yang sangat menarik, yang berasal dari suku Dayak yang belum diketahui oleh banyak orang.

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk dapat memenuhi tujuan-tujuan yang dapat bermanfaat bagi masyarakat, khususnya bagi para remaja dalam pemahaman tentang Unsur Kebudayaan Suku Dayak di Indonesia. Secara terperinci tujuan dari penelitian ini adalah:
  1. Mengetahui sampai sejauh mana pengetahuan masyarakat tentang kebudayaan suku Dayak
  2. Mengetahui sampai sejauh mana perkembangan kebudayaan suku Dayak
C. Identifikasi Masalah

Melihat semua hal yang melatarbelakangi kebudayaan suku Dayak, maka saya menarik beberapa masalah dengan berdasarkan kepada :
  1. Kurangya perhatian dari masyarakat kebanyakan pada kebudayaan suku Dayak. Sehingga kurangya pengetahuan masyarakat tentang Suku Dayak.
  2. Tidak meratanya bahan pembelajaran tentang suku-suku di Indonesia, terutama suku Dayak yang dijadikan contoh oleh para pengajar..

CONTOH ARIKEL PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA TENTANG SEJARAH PROKLAMASI INDONESIA MELALUI PENGGUNAAN METODE PROBLEM SOLVING PADA PEMBELAJARAN IPS BAGIAN IV



Beberapa jenis data utama yang dikumpulkan serta cara pengumpulannya selama pelaksanaan kegiatan Penelitian Tindakan Kelas dapat divisualisasikan melalui instrument penelitian  sebagai berikut:
1.    Lembar observasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
2.    Lembar observasi aktivitas guru dalam pelaksanaan pembelajaran
3.    Lembar Kerja Siswa dan lembar soal post test
          Teknik pengumpulan data selama pelaksanaan PTK adalah tes tertulis dan observasi.
           Teknik analisis data pada penelitian ini difokuskan pada teknik analisis kualitatif guna mengetahui tingkat keberhasilan Metode Problem Solving dalam soal IPS untuk meningkatkan hasil belajar  siswa di kelas V SD Negeri I Cijeungjing Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis.
Pembahasan
Dalam tahap perencanaan sesuai dengan salah satu keterampilan mengajar yang telah dikembangkan yaitu pembelajaran dengan menggunakan  metode problem solving dalam pembelajaran IPS tentang sejarah proklamasi Indonesia    dalam siklus I,  dan siklus II disusun secara sistematis berorientasi pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Di dalam perencanaan pembelajaran mencantumkan:
    1. Standar Kompetensi
    2. Kompetensi Dasar
    3. Indikator
    4. Tujuan Pe,belajaran
    5. Materi Pokok
    6. Langkah-langkah Pembelajaran
    7. Metode Pembelajaran
    8. Sarana dan Sumber Pembelajaran
    9. Penilaian
Kemampuan guru dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk meningkatkan hasil belajar siswa tentang sejarah proklamasi Indonesia   di Kelas V SDN 1 Cijeungjing dengan menggunakan  metode problem solving sudah sangat baik. Nilai kinerja guru dalam membuat RPP tiap siklusnya mengalami peningkatan siklus I mencapai skor 67,5, siklus II mencapai skor 89. Sebagai gambaran peningkatan dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut ini :
Tabel 4.13
Nilai Kinerja Guru dalam Membuat RPP Siklus I dan Siklus II
No
Siklus
Nilai RPP
1
I
67,5
2
II
89
   100
     90                                                                                  Keterangan
     80                                                                                       Siklus I
     70                                                                                       Siklus II
     60                                                                                      
     50
     40
     30
     20
     10
       
Gambar 4.1
    Rekapitulasi Penilaian dalam Membuat  RPP
     Siklus I dan Siklus II